Minggu, 07 Oktober 2012

Aku Bisa Membuatmu Jatuh Cinta Kepadaku Meski kau Tak Cinta Kepadaku #1


part 1, 'Esa'

“Dimana si..?!” gerutu Esa, sudah dari tadi dia berpetualang di seluruh penjuru sekolah, tapi sosok yang ia cari tak kunjung ia temui. Tidak biasanya sosok yang ia cari hilang seperti ini, biasanya pulang sekolah ia menunggu esa di kursi taman sekolah, tapi kali ini dia tidak ada disana. Esa sudah mencari di kelasnya, sudah kosong, dan seluruh sudut sekolah telah ia susuri namun tetap nihil. Huuftt,,, 

esa sudah kelelahan sekarang, ia pun duduk di kursi taman, tempat biasanya ia bertemu dengan orang yang ia cari kini, ia tundukkan wajah sejenak sambil mengatur nafasnya.. ia kesal, tau begini dia mending sms Pak Ujang buat jemput, tapi apa daya. Hapenya mati, lupa charge tadi pagi dan dia sudah bilang pada Pak Ujang untuk ga jemput, pikirnya ia bisa pulang bareng dia.. eh taunya, dianya ga ada.. T_T. Disaat Esa sibuk menyesali nasib tiba-tiba pundaknya ditepuk dari belakang, serentak esa tersadar dan berbalik, berharap yang menepuk pundaknya adalah dia yang ia tunggu-tunggu.
 “Sa? kamu masih disini?” tanyanya pada esa.

Wajah esa yang sedikit berpeluh kini mulai melengkungkan senyumnya,”hehe,, iya, gue nyariin kamu, lagi! Kemana aja Ram?”

“hehe,, sorry Sa, tadi aku diminta tolong Pak Samsul bawain kardus-ga tau isinya apa, beliau naik sepeda motor jadi susah bawanya” katanya. 

Esa mangut-mangut mengerti.

 “jadi, sekarang kamu mau pulang?” kata Rama sambil membenarkan posisi tasnya.

 “ya lah,,! Aku dah daritadi nih nungguin kamu, laper!” protes esa

”ohh.. mang kamu ga dijemput, Sa?”

“nggak,, hape ku mati, mau jalan sendiri juga kan ga enak, ga ada temennya” jelas esa.

 rama hanya tersenyum kecil “ya dah, ayo jalan!”. 

Esa tersenyum lebar dan beranjak dari kursi taman, semangatnya kembali setelah Rama datang dan merekapun berjalan meninggalkan sekolah yang sudah sepi.
***

Yap, namaku Esa Pramanda Aryadhani, hehe.. panjang ya? Maknanya dalem tauk! Sampe-sampe aku aja bingung apa artinya. Banyak yang bilang aku cakep, hehehe.. meskipun akhirnya aku merasa begitu biasa setelah aku bertemu dengan rama, pujaan hatiku. Kulit putih bersih, rambut lurus dan mata –bisa dibilang- sipit, yah.. aku keturunan chinese gitu lah. aku baru 3 bulan di sini, Malang. Asalku si dari Bandung tapi berhubung urusan pkerjaan bokap terpaksa deh pindah kesini. 

Umurku sekarang 16 tahun dan sekolah di SMA X di Malang (nama instansi disamarkan, hehehe) kelas 11. Awalnya canggung juga si, namanya juga siswa pindahan. Ini pertama kalinya aku ngerasain, didepan kelas, berdiri, diliatin puluhan pasang mata, dan ngenalin diri “nama saya Esa Pramanda Aryadhani, mohon kerjasamanya”.

 Yaa.. begitulah.. singkat dan tanggung, hehehe.. saat bu guru-namanya Bu Aini- mempersilahkanku buat milih tempat duduk mataku langsung menyapu seluruh isi kelas, apa ada yang kosong. 

Ada 2 kursi yang masih kosong, mataku terhenti pada sebuah kursi di sudut ruangan. Sebenarnya pandanganku ga ke kursinya si, tapi lebih ke orang yang duduk dikursi sebelahnya, sosok yang mencolok perhatianku.  tapi saat aku ingin kesana, eh taunya cowok yang duduk di kursi kosong satunya-di depan dekat pintu- melambaikan tangannya dan menunjuk kursi di sebelahnya . sungkan aku mau nolak, akhirnya aku-pun duduk di kursi itu dan berkenalan dengan anak pengganggu itu.

 “kenalin, aku Sandi” kata anak itu sambil mengulurkan tangannya.

kubalas tangannya “Esa,,”jawabku singkat, eitz,, jangan lupa, senyum.. .

 “hehe.. kamu dari Bandung ya, eh Bandung itu apanya Jakarta ya?”

“ee...” aku ga tau musti jawab gimana, bodoh banget pertanyaannya buat sebuah perkenalan, pengen si aku jawab ‘oh, sodaranya kok’ tapi berhubung kedengarannya agak kasar dan meremehkan juga, akhirnya kujawab saja “ee... bisa dibilang ‘tetangga’nya”

Sebuah jawaban yang cukup konyol untuk pertanyaan yang bodoh, eitz.. jangan lupa, tetep senyum . Kulihat sandi mangut2, entah ia mengerti atau tidak tentang permisalan yang kuungkapkan tadi tapi beberapa saat kemudia dia menengokku lagi “eh tapi bandung itu kan..”

 belum sempat ia menyelesaikan kata-katanya – syukurlah- bu Aini menegurnya “hushh,,! Kenalannya nanti saja! Sekarang waktunya pelajaran!” tegur beliau dengan nada agak jengkel.

sandi pun mengangguk sambil meringis dan kembali pada posisinya semula, sementara aku hanya tersenyum geli. Saat bu Aini kembali menjelaskan mengenai prinsip Manajemen dan pandangannya beralih ke papan tulis, kusempatkan menengok ke arah belakang, ke arah sudut ruangan. Sesosok lelaki, yang menurutku, begitu berbeda, entah kenapa. aku jadi ingin berkenalan dengannya. Istirahat nanti bakal ku coba kesana dan kenalan dengannya, hehe.. sippp.

(jam istirahat)

Aku masi duduk manis di kursiku, lebih tepatnya kaku gelisah tak menentu. Sandi dan murid2 lainnya pergi ke luar dengan urusannya masing-masing, kebanyakan keluar mencari makan siang. Di kelas hanya ada aku dan dia. Dia duduk dan kepalanya ia sandarkan pada sudut tembok, matanya terpejam.

 Keinginanku yang menggebu2 untuk berkenalan dengannya hilang entah kemana, yang ada sekarang malah grogi, kesana, enggak, kesana, enggak... yah, kuakui kalau aku berbeda dengan lelaki pada umumnya, aku punya ketertarikan khusus dengan cowok, ehemm.. yah kalian pastinya sudah tahu, ga usa dibahas lagi. Tapi selama ini ga ada cowok yang bisa bikin aku sampai begini groginya, apakah ini cinta? Wekk... kayaknya terlalu cepat kalo dibilang cinta, mungkin ini ketertarikan biasa. Soalnya dia dimataku begitu..... sempurna.. (ala andra n the backbone). Kulitnya putih, hidungx mancung, bibir tipis, rambut lurus n sudah agak panjang si, sekilas mirip steven william deh, hehe.. kecuali mungkin alisnya sdkit lebih turun, jadi wajahnya tampak sedikit sendu-sendu memelas gimanaaaa gitu, cakep dah pokoknya! 

Kukumpulkan seluruh keberanianku dan kubulatkan tekad untuk duduk disampingnya, namun ketika aku akan beranjak dari kursi ini, sandi dan beberapa teman-temannya masuk kedalam kelas, akupun kembali duduk dan menggerutu dalam hati ‘buangsaatt,,!!’.

 Sandi duduk disebelahku sambil membawa seplastik gorengan”mau?”

aku menggeleng dan tak lupa, senyum. 

“loh,, kamu ga laper?” tanyanya lagi.

 “nggak kok, tadi dah makan roti dari rumah”.

 “ooh.. ya dah, aku makan ya..”.

“hmm.. silahkan..” tak lama kemudian beberapa siswa lain menghampiri bangku kami, dan akupun berkenalan dengan mereka satu persatu. 

Ada Melani, Juna, Cika, Dewi, Surya, Nara, Afan dan Dika. Selang beberapa lama kami sudah mulai akrab, mereka banyak bertanya tentang kota tempat aku dulu tinggal, sesekali mereka bercanda dengan menggunakan bahasa jawa yang sama sekali tidak aku mengerti. Dan disela-sela keramaian itu, aku kembali menengok cowok itu.

 Setelah istirahat, ternyata jam kosong, alhasil murid2 nganggur di dalam kelas dan melupakan tugas yang diberikan guru piket. Satu hal yang esa tidak pahami adalah cowok itu tetap sendiri, keramaian dan hiruk pikuk murid2 seakan tidak mampu menarik perhatiannya, tetap sendiri dan menulisi bukunya, tampaknya ia mengerjakan tugas itu.

 “eh, cowok yang di pojok itu siapa si? Kok diem aja daritadi” tanyaku pada Sandi dkk.

 “oh,, dia? Yang cakep itu yah? Namanya Rama Aditya Putra. Tau tuh.. sukanya sendiri.”kata melani yang kini menyandarkan tangannya pada pipinya, memandangi cowok yang namanya Rama itu.

 “kok gitu? Emang kalian ga ajak ngobrol ato main gitu?” tanyaku lagi, belum puas rasanya mengorek informasi tentang rama yang misterius itu.

 “udah kali, tapi kebanyakan anak-anak ga kuat sm diemnya, dia kalo ga ditanya ya ga ngomong,, itupun jawabnya ala kadarnya”kata dika.

 “iya,, dulu aja aku pernah duduk dibangkunya selama 1 jam pelajaran, mati bosen aku didiemin ma dia..! kayak duduk disamping balok es!”terang juna menggebu-gebu, sandi cekikikan mendengarnya.

 “ya kamunya si, ga pinter2 nyairin suasana! Anak kayak gitu msti terus diajak ngobrol biar dia bisa agak terbuka”jelas dewi sambil menggerak-gerakkan tangannya selayaknya guru keganjenan,hehe.. semoga dewi ga bisa membaca kata hatiku ini.

”lah, obos tok koe iki,wi’,,!” sentak juna dalam bahasa jawa yang aku tidak mengerti.

 Nara yang daritadi diam tiba-tiba angkat bicara”udah ah! Jangan gosipin dia mulu’,,!”.

 anak-anak cekikikan,”ciee... istrinya marah neh..”goda melani.

 aku agak terkejut mendengarnya,”istri?”gumamku pelan, tapi tampaknya cika mendengarnya.

”hehe... iya.. dia taksirannya Nara dari dulu tuh, Cuma diempet-empet,hahaha..”

Mendengarnya, wajah Nara memerah, kelihatannya kata-kata cika barusan tepat mengenai sasaran.

”ah, apaan si! Sembarangan aja! Jangan bikin fitnah di depan anak baru donk..”protesnya sementara anak-anak lain masih ribut dengan kata ‘ciee...’nya.

 “eh, udah deh akuin aja,, ntar lama-lama kalo aku khilaf, aku ambil duluan loh!”ancam melani.

 entah itu semacam gurauan atau ancaman, yang jelas itu membuatku sedikit ga nyaman, sementara Nara tersenyum kecut.

”pede amat! Emang dia mau ama situ?!” cibir dewi sambil sedikit memajukan bibir bawahnya, membuatnya tampak sangat menyebalkan.

”eh eh eh,, ga percaya? Aku Cuma butuh timing yang tepat aja kok” dalih melani, meskipun sebenarnya dia tampak tersinggung juga. 

Aku hanya tersenyum mendengar celotehan mereka dan mencoba mencerna semua informasi yang aku terima hari ini. Setidaknya aku tahu namanya dan sedikit tentang kelakuannya yang katanya ‘dingin’, hehehe... menarik.

 Bel pulang tak lama lagi berbunyi, tinggal 20 menitan. Murid2 kelas XI IPA2 yang kebetulan sedang jam kosong-pun langsung menyambar tas mereka dan pulang. Hehe.. buat apa nunggu sampe bel bunyi, cabut aja kale! 

Sementara aku membereskan buku-bukuku kedalam tas dan begitu selesai, kupake dah itu tas n siap go home! Saat aku beranjak dari kursiku dan berjalan menuju pintu, dia berjalan didepanku, rama. Aku berhenti sejenak, membiarkan ia berjalan lebih dulu, jantungku berdegup kencang, dia semakin mendekat... dan saat dia sudah di depanku, dia sedikit menengok ke arahku, mata kami bertemu untuk sepersekian detik, dan dia mengalihkan lagi pandangannya, dan dia menghilang, sementara aku masih terdiam di sana. Aku tersenyum dan melangkahkan kakiku keluar, menuju mobil jemputanku.

***

Malam harinya, Esa masih melamun di meja belajarku. Masi terbayang dibenaknya saat ia dan Rama saling bertatapan. Masih teringat dibenaknya mata Rama yang hitam dan sendu. Esa tidak tahu pasti apa yang dirasakannya tapi entah kenapa Esa merasa iba padanya. Esa jadi ingin lebih dekat dengannya, tapi bagaimana?? Di dekatnya aja Esa dah gemeteran, tapi yah.. harus bulatin tekad nih,,

” pokoknya besok aku harus bisa –minimal- duduk disebelahnya, harus!!” seru Esa dalam hati.

Tapi Esa masih memikirkan kata teman-temannya, Esa juga bakal pikir-pikir kalo entar dikacangin kayak juna, bisa mati salting dia kalo gitu caranya .

Beberapa saat kemudian mata Esa tertuju pada tugas jam kosong tadi yang belum ia kerjakan, kemuadian ia tersenyum dan mulai mengerjakannya. Dalam benaknya tersusun skenario sederhana yang ia pikir bakal berhasil

“hehe... seenggaknya ada yang bisa dijadiin bahan , hehehehe....”ujarnya pelan dan mulai sibuk mengisi poin-poin pertanyaan yang ada.

”ah susah! Ga usah dikerjain, yap nomer selanjutnya... ah susah juga! Oke dah lanjutt..!”
***

Esok paginya Esa sudah siap berangkat menuju sekolah barunya itu. Sudah bulat tekadnya pagi itu untuk berkenalan dengan Rama,

”yooshh... bi’,, Esa berangkat yaa...” pamit Esa pada bi’ ida, pembantu d rumahnya,

”iya den,, ati2 di sana ya den,”ujar bi ida kalem.

Esa hanya tersenyum dan menutup pintu mobilnya, dan pak ujang pun langsung menjalankan mobil meninggalkan istana Esa yang megah.

Yah.. beginilah Esa. Ayahnya seorang businessman yang usahanya ada dimana-mana dan hampir tidak pernah menginjakkan kakinya di rumahnya sendiri, ibu Esa sudah meninggal 11 tahun yang lalu, otomatis hari2 Esa hanya ditemani oleh bi ida, pak ujang dan 2 pembantu lain, bi surti dan mbak ina, hehehe... namax agak gimana ya.. btw Esa kini sudah separuh perjalanan menuju sekolah, Esa mengamati keadaan jalan yang dilaluinya.

Pagi ini jalan sudah begitu Ramai dengan anak sekolah, orang kantoran, pedagang, pengemis, orang gila (loh?!) , namun dalam keRamaian itu, mata Esa menangkap sosok yang menarik,

"hmm... perasaanku aja ato dia..” dan begitu mobilnya melewati sosok itu, barulah Esa dapat melihat wajahnya.

“Rama?!”

Esa terus melihat sosok itu, memastikan bahwa yang ia lihat benar2 Rama, hingga akhirnya sosok itu menghilang begitu mobil Esa berbelok dan Esa pun kembali pada posisinya semula.

‘kalo dia jalan ke sekolah, berarti harusnya rumahnya disekitar sini, ga jauh-jauh amat ama rumahku’ gumam Esa dalam hati.

‘yah,, lumayan.. bisa buat bahan nanti’ gumamnya lagi sambil tersenyum simpul.

Pak Ujang menangkap pemandangan itu dari cermin spion sedikit heran dengan kelakukan majikannya itu.

”eh, kenapa den, senyum2 sendiri?”cibirnya dengan logatnya yang khas Tegal.

”ah, ada deh..”kilah Esa.

”den.. den. ini sudah sampek nih”ujar pak ujang sambil geleng-geleng kepala.

Esa pun membuka pintu mobil dan turun, “ntar jemput jm 1 ya pak”seru Esa sambil menutup kembali pintu mobilnya.

“oke den”jawab pak ujang singkat sambil menutup kaca jendela mobilnya dan mobil hitam itu pun berjalan meninggalkan sekolah.

bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar